Arsip

Archive for the ‘puisi’ Category

Sajak Permainan

Hari ini pagiku begitu cerah, lihatlah.
Matahari telah nampak naik sepenggalah
Ya. Musim sudah hendak berganti
Hujan sudah tak turun lagi untuk beberapa saat kedepan nanti.
Setidaknya selama enam bulan malai dari saat ini, bumiku akan hangat bermandikan yang cahaya mentari.

Dan lalu saya baca berita di media
Ditemani secangkir kopi pahit tentu saja
Ditemani secangkir kopi pahit, sepahit kehidupan yang entah di negeri ini
Aku baca berita pagi ini, tentu tentang polah pongah mereka yang jengah
Ayah, lebaran nanti kita pulang ke tempat simbah?
Tiba-tiba anak saya yang TK itu bertanya.
Oh, boleh Nak. Ayah sudah baca beritanya. Aku menjawab mantab berdasar sebuah berita.

Lalu anakku diam melanjutkan kesibukan bermain game di hp yang beberapa waktu lalu terpaksa aku belikan. Sekarang jaman serba online, jangan sampai generasi kita jauh ketinggalan.

Ya, anak sejak masih dalam kandungan perlu diperkenalkan teknologi yang kekinian.

Lalu teringat aku akan masa kecil dulu. Aku miskin teknologi. Tak ada radio tak punya tivi. Pagi sekolah lalu siang ke sawah. Bermain bola juga di sawah.
Tak hanya ketinggalan teknologi, di jaman dulu bahkan demokrasi seakan mati. Sedikit menyinggung pemerintah langsung diamankan tanpa perlu tahu kesalahan yang dilakukan.

Seperti waktu itu. Gegara menang main bola lawan anak pak lurah, temanku yang anak penjual teh itu digelandang, dipaksa keluar dari rumah untuk dipaksa mengalah jika bermain dengan keluarga lurah.

Dan aku diam, diam sediam-diamnya. Sedikit saja bersuara, bahaya besar akan datang mendera.
Lalu kepada siapa aku harus berharap? Tuhan, tolong hamba.

Semarang, Maret 2021

KONSPIRASI MIMPI

20 November 2015 Tinggalkan komentar

Konspirasi Mimpi

Pernahlah aku tidur berlamalama

hingga akhirnya mimpi bertemu bidadari

aku diam saja di hadapannya

terpesona oleh elok parasnya

hingga pagi menjelang

bisaku hanya tetap diam

lalu kulipat mimpi, kumasukkan ke almari besi.

Aku pengembara, merantau ke tanah jauh

di belantara jalan nan riuh, sepeda laju kukayuh

kuseberangi selat dan laut

kudayung sampan menembus kabut

ke tanah sebrang

hingga datang waktu kubuka kembali lipatan mimpi

mimpiku layu, lusuh dimakan waktu

tanah basah, negeri yang gemah ripah

terbentang jalan dari Anyer hingga Panarukan

layu dimakan sejarah, Sukabumi ke banyuwangi.

Semarang, 2015

Kategori:puisi, Uncategorized

SAJAK PERTEMUAN

20 November 2015 Tinggalkan komentar

Hai! Apa kabar?

Kau menyapaku dan tentu

aku kaget setengah rindu.

sekian lama kau menghilang

dan aku si penunggu waktu hampir

hampir saja menghapusmu dari memoriku.

 

Sehat? Aku terjingkat tak menjawab

kepada sosok di sampingmu mata tertuju

tak sadar tanganku merogoh kantong celana

yang masih terselip sekeping lima rupiah di sana

kutunjukkan kepadamu, dan

hai! itu sudah tak ada harganya.

 

Hari tlah sore, tanggal 17 seingat saya

aku harus menurunkan sang saka

lupa ngudhal bundhelannya

macet di tengah tiang itu bendera.

 

Semarang, 2015

 

 

SAJAK KEPADA MADU

20 November 2015 1 komentar

Sajak Kepada Madu

Madu adalah nama ayam hutanku. Dia yang paling lama kupiara di antara piaraan saya yang lainnya. Madu, belum lama aku memberinya nama itu. Awal mula kuberikan nama itu, tersebab sakit yang dideritanya. Suatu sore sepulang kerja, kulihat dia si Ayam Hutan begitu murung. Hidungnya sedikit meler, matanya sayu mendayu. Sesekali kepalanya diangkat dan terdengar suara seperti orang mendengkur. Ayam Hutanku kena gejala flu. Karena habis persediaan obat, kuberi dia sesendok madu. Dan sembuh. Tetapi kemudian lama tak kudengar suara kokoknya. Padahal di kala sehatnya, tiap jam 3 dini hari dia sudah mulai bersuara. Rindu aku. Setelah sekian lama, aku mendengar parau suaranya. Tak bisa dia berkokok sebagaimana layaknya. Pita suaranya rusak, mungkin madu yang kuberikan terlalu panas dirasa. Sejak itu kuberi dia nama; MADU. Baca selengkapnya…

KAMBING

kambingPernah Engkau memelihara Kucing? Aku pernah. Kalau Anjing? Aku juga pernah punya. Kambing? Sekali lagi aku juga pernah memeliharanya. Anjing, Kucing dan Kambing, Engkau tentu tahu, adalah jenis hewan yang berbeda rupa serta sifatnya. Tidakkah Engkau ingin memeliharanya? Anjing misalnya, dengan memeliharanya kita akan tahu bagaimana sifat dan kelakuannya. Dia senang dipiara, bisa dekat dan tunduk kepada siapa saja. Syaratnya satu, sediakan tulang kesukaannya. Sekarang dia tunduk dan patuh kepadaku, di waktu lain bisa jadi dia mengabdi kepadamu. Anjing suka menakut-nakuti dengan memamerkan siungnya. Padahal sebenarnya, nyalinya dengan kambing sama jeleknya. Pernah lihat film yang mengisahkan tentang seekor anjing? Atau kucing, atau Kambing? Meski kadang ada Anjing yang kelihatan cerdas, itu hanya nampaknya saja. Ketiganya adalah sama. Sama-sama hewan piaraan.

Hanya memang, seringkali kambing yang jadi korban.

PAGI SEGALA MUSIM

8 Februari 2014 6 komentar

IMG01552-20140117-1421Pagi Segala Musim adalah buku kumpulan puisi. Sementara, buku itulah yang terakhir aku beli. Entah sudah berapa pekan, belum tuntas juga aku membacanya. Ini jelas, sebab secara saya adalah orang yang bukan sastrawan, membaca kumpulan puisi harus menuruti hati. Tak setiap saat hati ini mau diajak untuk membaca puisi. Jika lagi longgar, kubuka buku itu. Tapi tentu, banyak tidaknya ketimbang longgarnya. Maka entah, membaca buku itu kapan kelarnya.

Buku karya Arik S. wartono setebal 118+xii halaman itu ada 50 judul puisi di dalamnya, dibagi dalam 5 tema; PAGI, SENJA, MALAM, HUJAN, LURUH dan BIODATA. Oh, maaf, yang terakhir itu biodata penulis maksud saya. Jadi bukan termasuk tema puisinya. Masing-masing tema berisi 10 judul puisi. Maka 5 x 10 = 50. Membaca 50 judul puisi tentu bukan pekerjaan mudah. Terlebih bagi saya yang, sekali lagi, babar blass tak paham sastra karena memang bukan sastrawan. Tetapi asyik saja. Sebab keyakinan saya, puisi bukan hanya milik para penyair. Siapa pun, boleh memilikinya, boleh membacanya, boleh memaknainya sesuka hati. Seperti Pagi Segala Musim yang saya pegang ini. Saya berhak menyetubuhi sesuka hati. Baca selengkapnya…

Kategori:puisi, Uncategorized

PENYAIR SS (SITOK SRENGENGE) KESANDUNG BATU

30 November 2013 5 komentar

Foto3484Penyair kondang asal Bantul, Yogyakarta yang pernah memerankan tokoh Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah itu kesandung batu. Ya, Sitok Srengenge (SS) dilaporkan oleh seorang Mahasiswi UI yang mengaku telah diperkosa beberapa kali oleh Sitok hingga hamil 7 bulan pada hari kemarin, Jumat 29 Nopember 2013.

Saya belum bisa menulis banyak tentang kejadian ini, sebab lagi banyak gawean. Yang jelas, beberapa hari ini SS tidak nampak di akun facebook miliknya. Setelah banyak muncul pertanyaan dari banyak kawan pegiat sastra, maka terjawab sudah pertanyaan itu. Istri Sitok srengenge, Farah Maulida, mengungkap fakta tersebut. Inilah yang diungkapkannya, “Teman-teman, saya sudah tahu masalah ini sejak 7 November saat ada teman aktivis yang menelpon saya. Saat itu juga saya cross check kebenarannya kepada Mas Sitok Srengenge dan Mas Sitok tidak menyangkal dan siap bertanggung jawab, dan sebagai istri yang mencintai dia saya akan terus ada di sampingnya.” ~Farah Maulida

Maka begitulah. Laki-laki, seringkali sukses menghadapi godaan lain. Tetapi jika sudah dihadapkan dengan isi rok mini, dia seringkali gagal. Tak peduli entah sebagai apa pun dirinya. Baca selengkapnya…