Beranda > motivasi, Uncategorized > TENTUKAN HARGA SENDIRI

TENTUKAN HARGA SENDIRI

sapi

Beberapa bulan yang lalu, ayahku hendak menjual pedhet/anakan sapi yang berumur 2 bulan up. Harga yang ditawarkan adalah 12 Juta Rupiah. Oleh adikku bahkan gambar pedhet itu diupload di sebuah group fb pasar hewan online, yang kemudian menjadi bahan tertawaan banyak anggota group. Pikir mereka dengan harga setinggi itu tak akan bisa laku. Tetapi ayahku berkeyakinan bahwa harga pedhet memang seharusnya segitu, gak bisa kurang. Sebab ayah paham betul anakn sapi itu diperoleh dari bibit yang bagus dengan indkan yang berkualitas. Sapi betina milik ayah memang bagus, dikawin dengan sistem IB (inseminasi buatan) oleh seorang mantri hewan yang masih tetangga sendiri. Jika tak laku dengan harga itu, pedhet itu akan dipiara sendiri oleh ayah dan akan dijual saat besar nanti. Semakin besar harganya akan semakin mahal. Begitu keyakinan ayah.

Ada sejumlah makelar/blantik sapi mendatangi kandang milik ayahku, hampir semua menawar di bawah angka 10 juta. Tapi Ayah tetep kekeuh, bersikeras tidak akan dijual dengan harga rendah. Memang beberapa tetangga jauh telah menjual anakan sapinya dengan harga maksimal 10 juta. Tetapi ayah tak peduli dengan hal itu. Sebab ayah yakin, sapi miliknya bukan sapi kualitas rendah. Harga ke konsumen bisa jadi berada di atas angka 12 juta. Tebakan ayah ternyata benar. Selang beberapa waktu para blantik sapi itu datang lagi, kembali menawar di atas angka 10 juta. Tetap tidak akan dilepas di bawah harga 11 juta, begitu kata ayah. Akhirnya laku juga sapi itu di harga 11,5 juta rupiah. WOW… fantastis.

Memang begitulah seharusnya; kita harus tahu kualitas segala sesuatu yang kita miliki dan harus PD menjualnya dengan harga tinggi. Termasuk juga bagaimana trik menjual diri. Menjual diri bukan dalam arti melacur, tetapi menjual skill, kemampuan yang kita miliki. Jika kita tidak PD dengan apa yang kita miliki, bagaimana bisa rang lain akan menghargai? Harga tinggi tak selalu berarti mahal, asal sesuai dengan kualitas barang. Membayar orang yang tak mampu bekerja dengan baik meski harga rendah, bisa jadi akan menjadi lebih mahal ketimbang membayar tinggi orang dengan kemampuan yang profesional. Di tempat saya, ada seorang tukang batu yang minta bayaran 150 ribu per hari, tetapi untuk bisa mendapatkan jasanya bahkan kita harus sabar nengantri. Ini tersebab karena memang selain hasil kerjanya bagus dan rapi, volume yang digarapnya pun lebih banyak ketimbang tukang lain yang murah harganya. Jadi sama saja; membayar murah, jadi mahal akhirnya jika tak bisa kerja secara profesional.

Maka mari senantiasa meningkatkan kualitas diri; belajar dan belajar tiada henti. Harapannya agar orang lain tak ragu menghargaki skill yang kita miliki. Salam.

  1. 6 Februari 2014 pukul 10:51 pm

    wow..
    mahal juga ya.

  2. 8 Februari 2014 pukul 6:24 am

    tidak mahal Mas Budy, tapi kesesuaian anatara barang dengan harga. hahaha.. 😀

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar